halaman

Minggu, 03 Mei 2020

ENTERPRISE SYSTEM PENERAPAN ERP (SAP) PADA PT.PERTAMINA



I.                   Latar belakang
Salah satu inisiatif besar dalam proses transformasi yang dilakukan oleh PT Pertamina (Persero) adalah dengan melakukan implementasi sistem Enterprise Resource Planning (ERP) untuk meningkatkan kinerja operasi dalam rangka menunjang kegiatan bisnis perusahaan. Implementasi ERP menjadi agenda perusahaan sebagai suatu upaya transformasi perusahaan menjadi lebih baik khususnya dalam penyediaan sistem informasi yang handal. Karakteristik utama dari sistem ERP yaitu bahwa modul-modul ERP tersebut saling terintegrasi, terutama melalui sekumpulan database yang dipakai bersama (Martin, 2005). Ketika suatu transaksi dilakukan pada suatu area, maka akan berdampak langsung pada area yang terkait. Modul-modul ERP telah didesain sedemikian rupa untuk merefleksikan operasional sekumpulan bisnis proses dengan cara-cara yang khusus dan terbaik (best practices).
 Melalui sistem ERP ini maka perusahaan memiliki kemampuan untuk mengintegrasikan seluruh proses dan data perusahaan sehingga mampu menjadi single source of truth untuk data operasi perusahaan. Hal ini diharapkan mampu meningkatkan kecepatan proses bisnis internal perusahaan. Sistem ini menjadi backbone utama pendukung seluruh proses bisnis Pertamina, diantaranya untuk mengoperasikan sistem informasi bagi sales process, procurement process, material management, payroll system, financial reporting, dan lainnya. 2 Implementasi ERP akan diikuti dengan peningkatan proses pembuatan keputusan (decision making process), integrasi perusahaan (enterprise integration), dan keakurasian laporan keuangan (accurate financial statement) (Kanellou dan Spathis, 2012).
 Keuntungan aplikasi ERP ini diantaranya adalah menghilangkan duplikasi input data, mengurangi kebutuhan tenaga kerja, serta dapat menyediakan informasi yang berkualitas untuk pengambilan keputusan perusahaan, sehingga harapannya adalah terjadi konsistensi dan akurasi data dapat lebih diandalkan. Implementasi sistem ERP memberikan manfaat terkait dengan efektivitas dan efisiensi proses bisnis karena perusahaan dapat memperoleh informasi yang lebih akurat dan tepat waktu (Trott dan Hoecht, 2004).
Pertamina telah menggunakan sistem ERP sejak tahun 2003, namun hingga tahun 2008 aplikasi tersebut belum dimanfaatkan secara optimal karena perusahaan belum mendapatkan output yang signifkan dan menghasilkan data yang akurat bagi perusahaan. Hal ini dapat terlihat dari laporan kinerja perusahaan yang belum terintegrasi. Apabila dikelompokan, maka terdapat beberapa penyebab penggunaan ERP yang tidak maksimal antara lain keterbatasan keterampilan dan kompetensi sumber daya manusia, ketidakseragaman proses bisnis, kurangnya aktivitas change management serta kelemahan sistem kendali maupun monitoring atas proses transaksi yang berlangsung. Pada dasarnya penggunaan kontrol formal dan informal yang digunakan oleh perusahaan mempengaruhi secara positif sistem ERP terhadap kinerja perusahaan masa depan (Kallunki et al. 2010).
Berdasarkan realitas tersebut, dilakukan evaluasi dan analisis yang hasilnya adalah langkah penyempurnaan terhadap operating model pemanfaatan ERP yang sudah dimiliki agar memberi nilai tambah signifikan kepada perusahaan. Keberadaan sistem informasi ini menjadi sangat vital bagi suatu perusahaan, oleh karenanya setelah implementasi sistem ERP di Pertamina dilakukan, maka diperlukan upaya maksimal agar sistem ERP ini dapat digunakan dan dapat dipertahankan sustainability-nya sehingga benar-benar memberikan manfaat bagi perusahaan. Untuk menjaga keberlanjutan (sustainability) dari implementasi ini maka pemegang saham (pemerintah) meminta kepada Direksi untuk mengelola sistem informasi di perusahaan sebagai modal untuk menciptakan value bagi perusahaan yang dituangkan dalam kontrak manajemen. Kontrak manajemen ini kemudian dijabarkan lebih lanjut oleh Manajemen Pertamina dengan menerapkan Key Performance Indicator (KPI) yang berlaku untuk jajaran manajemen sampai level operasional untuk mendukung pencapaian kontrak manajemen tersebut.
VISI   
Menjual Bahan Bakar Kelas Dunia
MISI  
·         Melakukan bisnis dalam pemasaran dan penyediaan produk dan layanan bahan bakar penerbangan di pasar domestik, regional, dan internasional dimana menciptakan nilai bagi para pemangku kepentingan adalah tujuan akhir kami.
·         Pertimbangkan persyaratan pelanggan, kualitas produk, keamanan, dan lingkungan, serta standar internasional sebagai prioritas utama dalam mengelola bisnis
·         Didukung oleh sumber daya manusia yang profesional dengan nilai yang sangat baik yang diakui sebagai praktik terbaik di industri penerbangan internasiona

Struktur Organisasi
Alasan Menerapkan ERP ( plat form SAP )
Membantu perusahaan merencanakan dan melakukan kegiatan operasionalnya lebih efesien dan efektif ( pokoknya sangat membantu pengguna dalam mengelola kegiata perusahaan baik dari segi waktu maupun dari sumber daya ).
Motivasi menggunakan ERP
Untuk mempermudah menjalankan bisnis, agar bisa memantau kondisi perusahaan pertamina shafthi dan memantau penjualan di setiap pertamina diseluruh indonesia
I.                   Kondisi sebelum penerapan ERP
Kondisi sebelum menggunakan ERP,  Sulit untuk memantau hasil penjualan antar pertamina, memantau sebuah tagihan material, dan memantau kondisi bahan bakar sebelum di Pengendalian mutu dari bahan bakar pesawat,
·      Permasalahan yang dihadapi
Masalah yang dihadapi menentukan vendor yang digunakan pada sebuah material, dan perbaikan sebuah aset, serta memantau hasil penjualan avtur diseluruh pertamina yang berada di Indonesia
·      Kerugian Bisnis
Kerugian bisnisnya yaitu, ketika kondisi avtur itu ada sebuah kandungan air dan ketika sudah ada kesalahan quality control

II.                            Implementasi ERP
Implementasi ERP di Pertamina adalah sebagai berikut.  
1.        Keselarasan antara Business Process, People dan IT.
Dalam Information System (IS) terdapat tiga komponen yang harus disinergikan agar memperoleh hasil yang optimal yaitu business process, people dan IT. Banyak pihak terlalu berkonsentrasi pada aspek IT. Padahal tantangan implementasi IS yang sesungguhnya ada pada kedua aspek lainnya. Jika perusahaan telah memiliki business process yang baik dan teratur maka tantangan yang paling utama adalah pada aspekpeople. Hal ini disebabkan oleh rumitnya mengubah kebiasaan kerja setiap karyawan yang tidak jarang menimbulkan resistensi.
Manajemen Pertamina menyadari bahwa keselarasan antar tiga komponen IS merupakan hal yang mutlak diperlukan untuk mencapai kesuksesan dalam mengimplementasikan ERP. Oleh karena itu, Pertamina membentuk tim yang bertanggung jawab terhadap rencana implementasi ERP ini. Tim menyadari sepenuhnya bahwa implementasi ERP di Pertamina harus melalui business process reengineering.Hal ini dikarenakan Pertamina telah melakukan serangkaian kajian dan memutuskan untuk menggunakan SAP. Keputusan ini didasarkan bahwa SAP merupakan salah satu best practice. Dengan menggunakan ERP ‘vanilla’ seperti ini maka salah satu konsekuensinya adalah melakukan business process reengineering agar sesuai dengan ERP yang dipilih. Adapun tim yang telah dibentuk ini dibantu oleh Accenture dalam mengimplementasikan SAP di Pertamina.
Namun demikian implementasi ERP di Pertamina kurang optimal karena cukup besarnya resisten untuk berubah. Dapat dipahami bahwa mengubah cara kerja karyawan adalah sesuatu yang rumit. Hal ini dikarenakan para pengguna ERP tersebut telah terbiasa dengan cara kerja lama yang lebih mapan dan mudah dimengerti. Sebagai contoh, pengguna ERP masih sering menggunakan sistem informasi berdasarkan telpon dan hard copy. Selain itu, hal lain yang perlu menjadi perhatian pula adalah adanya pendapat dari karyawan bahwa ERP hanyalah proyek IT. Mungkin tim harus lebih melakukan sosialisasi guna meluruskan pendapat yang keliru ini. Tim harus memberikan pemahaman bahwa ERP merupakan salah satu sarana yang memudahkan setiap pihak dalam mencapai tujuan perusahaan sehingga adanya rasa memiliki terhadap program ini. Dengan demikian implementasi ERP lebih mendapat dukungan dari setiap pihak dan pada akhirnya dapat dipergunakan secara optimal. 
2.                  Metode pengembangan sistem
Metode pengembangan sistem di Pertamina ini menggunakan pendekatan big bang. Pada awalnya pelaksanaan business process reengineering dan implementasi ERP akan dilakukan secara sekuensial. Tim merencanakan untuk melakukan business process reengineering terlebih dahulu sebelum mengimplementasikan ERP seperti yang dilakukan oleh Garuda dan Telkom. Namun seiring dengan adanya UU Migas No.22 tahun 2001 tanggal 23 November 2001 serta adanya AFTA di tahun 2003, maka Pertamina menyadari dengan cara sekuensial tidak akan dapat mengejar batas waktu yang dimaksud. Kedua hal tersebut menuntut Pertamina untuk dapat beroperasi secara optimal sehingga siap menghadapi pasar bebas. Oleh karena itu, tim memutuskan untuk melakukan business process reengineering dan implementasi ERP secara simultan. Tim menyadari adanya resiko besar yang akan dihadapi jika menggunakan cara ini. Akan tetapi, tim tidak memiliki pilihan lain untuk melakukan perubahan mendasar dan menyeluruh untuk membawa Pertamina menjadi perusahaan kelas dunia. Kekhawatiran ini ternyata terbukti yaitu ketidaksiapan sumber daya manusia untuk melakukan perubahan cara kerja sehingga implementasi ERP di Pertamina tidak memberikan hasil yang optimal. Dari beberapa keterangan dapat disimpulkan pendekatan big bang di Pertamina ini dilakukan per unit bisnis namun tanpa menjadikan salah satu unit sebagaipilot project. Upms II merupakan unit pemasaran pertama Go Live SAP yang merupakan non pilot project dalam melaksanakan SAP secara mandiri. Adapun modul yang pertama kali digunakan oleh Pertamina meliputi SD, MM, FI, CO dan HR. Kini Pertamina merencanakan menggunakan mySAP dengan menggunakan modul yang lebih lengkap yaitu meliputi MMH (Materials Management Hydro), MMNH (Materials Management Non Hydro), SD/TD (Sales & Distribution/ Transportation & Distribution), PP (Production Planning), PM (Plant Maintenance), Human Capital Management, FI (Finanancial Accounting) dan CO (Controlling).
3.                  Pemanfaatan project management
Pertamina membentuk tim yang bertugas untuk melakukan manajemen terhadap proyek implementasi ERP ini. Pada tahap awal, tim melakukan serangkaian kajian sejak akhir tahun 1997. Beberapa aspek yang menjadi perhatian utama dalam tahap persiapan adalah memutuskan apakah akan membeli atau membuat sendiri. Kemudian menentukan jenis enterprise system yang akan dibeli yaitu EIS atau ERP. Setelah tim sepakat untuk membeli ERP lalu dilakukan kajian terhadap beberapa produk sebelum memutuskan untuk membeli SAP R/3. Pada tahap implementasi, Pertamina dibantu oleh Accenture. Konsultan ini diharapkan dapat memberikan transfer knowledge pada Pertamina dalam mengimplementasikan SAP. Dalam proyek ERP ini sepertinya top management tidak terlibat langsung. Untuk tahap berikutnya yaitu penggunaan mySAP yang akan diterapkan pada 2009, tim diharapkan dapat memenuhi ekspektasi semua pihak agar pemanfaatan mySAP lebih optimal, tidak seperti SAP
4.                  Keselarasan antar company’s direction dengan IS’s direction
Pertamina mencanangkan untuk menjadi perusahaan kelas dunia. Namun permasalahan yang dihadapi oleh Pertamina adalah sulitnya mendapatkan data dan informasi secarareal time padahal mengingat persaingan yang semakin ketat, perusahaan dituntut untuk dapat bergerak cepat. Kesulitan ini semakin terasa bagi Pertamina yang memiliki kantor serta berbagai unit operasional yang tersebar dalam wilayah geografis yang luas. Hal ini dikarenakan Pertamina tidak didukung oleh sistem pengolahan dan proses bisnis secara jaringan yang online dan terintegrasi.
Agar dapat menjadi perusahaan kelas dunia maka Pertamina tidak cukup hanya dengan meninggalkan cara kerja birokrasi yang lamban. Hal lain yang harus diperhatikan pula ketersediaan data dan informasi yang cepat, siap pakai, tepat dan dapat dipertanggungjawabkan. Untuk menjawab tantangan ini maka tim dari Pertamina menggunakan teknologi informasi berbasis jaringan komputer terintegrasi yang disebutenterprise service architecture (ESA). Program yang dijalankan untuk fungsi teknis ini disebut SAP NetWeaver. Keunggulan program yang terdapat dalam paket mySAP ini adalah menjadikan data lebih informatif, adaptif, user friendly dan real time.
Dengan rencana penggantian SAP R/3 dengan generasi di atasnya yaitu mySAP menjadikan implementasi IS di Pertamina bukan sekedar pada level support operationalakan tetapi meningkat pada level decision making system. Sejauh ini rencana penerapan mySAP diharapkan mampu memberikan data analitis untuk mendukung proses pengambilan keputusan bagi jajaran manajemen Pertamina. Bukan tidak mungkin ke depan, implementasi ES di Pertamina berada pada level teratas yaitu level support strategic. Hal ini tentunya selaras dengan tujuan Pertamina untuk menjadi perusahaan kelas dunia yang saat ini telah dilakukan berbagai upaya dan perbaikan secara bertahap untuk mencapai hal tersebut.
5.                  Tantangan yang dihadapi oleh IS Department
Kurang optimalnya pemanfaatan SAP pada tahun 2003-2006 tentunya menjadi beban tersendiri bagi tim. Tantangan terberat tentunya adalah dapat mengoptimalkan pemanfaatan sistem ES selanjutnya di Pertamina. Terlebih kali ini level adopsi pemanfaatan ES di Pertamina akan naik setingkat lagi yaitu pada level decision making system.
Tantangan lain adalah semakin berkembangnya tuntutan bisnis dan teknologi informasi. Berkembangnya kedua hal ini membuat tim harus mampu membawa Pertamina memenuhi tuntutan bisnisnya yang mungkin juga menuntut adanya perubahan penggunaan ES. Setidaknya tantangan IS department adalah dapat mengoptimalkan sistem guna memenuhi tuntutan bisnis yang kian berkembang dengan cepat. Terlebih Pertamina merupakan perusahaan yang memiliki komoditi usaha strategis berupa minyak bumi. Seperti diketahui bahwa usaha minyak bumi memiliki regulasi yang ketat dari pemerintah Indonesia di samping fluktuatifnya harga di pasar internasional. Kedua hal ini tentunya sangat memperngaruhi keputusan bisnis dari Pertamina. 
Modul yang digunakan
·         Modul Sales & Distribution
·         Human Resource management
·         Modul Production Planning & Materials Management
III.                         Penutup
Sebagai penutup, dalam penelitian ini saran yang dapat diberikan antara lain;
Bagi perusahaan, hendaknya lebih meningkatkan pemahaman tentang sistem ERP. Dengan melakukan mengikuti pelatihan khusus ERP, sehingga dapat mempermudah karyawan dalam mengoperasikan sistem tersebut.
Dokumentasi
·      Pertamina




Daftar Pustaka

Tidak ada komentar:

Posting Komentar